NTB Tertinggi Kasus Kekurangan Gizi di Indonesia
Mataram
(ANTARA) - Kementerian Kesehatan menilai kasus kekurangan gizi pada anak usia
bawah lima tahun di Nusa Tenggara Barat merupakan yang tertinggi di Indonesia
mencapai 30,5 persen.
"Dari
hasil survei Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan pada 2010,
kasus kekurangan gizi di Nusa Tenggara Barat (NTB) tertinggi di Indonesia,
sedangkan terendah di Provinsi Sulawesi Utara, sebesar 10,6 persen," kata
Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Pembiayaan dan Pemberdayaan Masyarakat Dr
Untung Suseno Sutarjo, M.Kes, di kawasan wisata Senggigi Lombok Barat, Rabu.
Pada
acara sosialisasi program Bidang Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
pada 2011, dia mengatakan, kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh pejabat
hubungan masyarakat (Humas) dari Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB),
dan 10 kabupaten/kota di NTB, Dinas Kesehatan Provinsi dan kabupaten/kota.
Selain
itu, katanya, pihaknya juga mengundang anggota DPRD NTB dari komisi yang
membidangi masalah kesehatan, namun tidak ada satu pun yang hadir. Untung
mengatakan, jika kasus kekurangan gizi pada anak bawah lima tahun (balita)
tidak ditangani dengan baik, dikhawatirkan akan memperbesar angka kasus gizi
buruk di NTB yang dianggap masih cukup tinggi dan berada di posisi kedua
se-Indonesia setelah Provinsi Gorontalo.
"Kekurangan
gizi pada anak usia balita kemungkinan menjadi salah satu faktor, mengapa
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTB berada di posisi 32 dari 33 provinsi di
Indonesia," ujarnya. Menurut dia, relatif tingginya angka anak balita yang
mengalami kekurangan gizi disebabkan pemahaman masyarakat, terutama kaum ibu
terhadap pentingnya memberikan makanan yang sehat dan bergizi.
Pandangan
kaum ibu di NTB terhadap pemberian makanan tambahan pada bayi yang masih
berusia di bawah enam bulan juga menjadi faktor penyebab tingginya angka
kekurangan gizi pada balita. "Pola pikir pemberian makanan tambahan pada
bayi usia di bawah enam bulan itu yang harus diubah. Bayi usia di bawah enam bulan
cukup diberikan air susu ibu (ASI). Kami terus berupaya mengubah pola pikir
seperti itu melalui upaya penyuluhan, " ujarnya.
Intervensi
lain yang dilakukan, kata dia, adalah dengan memberikan makanan tambahan pada
anak-anak usia sekolah dasar bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan serta lembaga swadaya masyarakat. Pemberian makanan tambahan yang
sehat dan bergizi dilakukan melalui program Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Anak Sekolah dan Taburia.
Taburia
adalah bubuk multivitamin dan multimineral untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan
mineral setiap anak balita. Taburia mengandung 12 macam vitamin dan empat macam
mineral yang bermanfaat untuk menambah nafsu makan anak dan meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak yang meliputi otak, mata, tulang dan gigi.
Pemerintah
pusat juga mendorong agar masyarakat di NTB lebih gemar mengkonsumsi makanan
lokal yang memiliki kandungan gizi cukup untuk pertumbuhan fisik dan kecerdasan
otak anak. "Kami juga mendorong agar masyarakat menjadikan pangan lokal
sebagai makanan tambahan bagi anak balita. Pangan lokal seperti kacang-kacangan
memiliki kandungan gizi yang bagus untuk kecerdasan otak anak," ujarnya.
Kemenkes,
lanjut Untung, juga sudah menyalurkan dana bantuan sebesar Rp250 juta per tahun
kepada seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Dana tersebut bisa
diarahkan untuk membantu perbaikan gizi pada balita, selain untuk biaya
operasional.
id.berita.yahoo.com/ntb-tertinggi-kasus-gizi-buruk-di-indonesia-091030549.html